Rabu, 17 April 2013

Banceuy Nostalgia 2013 (seri Utama)


Kurang lebih Jam 12 waktu bandung, kami turun di kiara condong. Gak lama melepas lelah,langsung kami menuju bagian informasi untuk menannyakan akses kendaraan umum menuju stasiun Hall. Si bapak berkumis (bagian informasi) menjelaskan bahwa ada dua moda transportasi yang bisa kami ambil, pertama dengan angkutan kota sebanyak 2x (mahal), kedua dengan kereta cm 1 x (ini baru murah). akhirnya kami memilih kereta yang diberangkatkan (konyolnya) menuju arah stasiun yang sudah kami lewati yaitu stasiun Bandung. Yaaah maklum lah kereta ekonomi yang kita naiki memang gak berenti di stasiun besar itu.

singkat cerita, kami tiba di stasiun Bandung dan langsung ambil gambar terus jalan dengan penuh semangat. Baru berjalan beberapa menit kamipun singgah di sebuah warung nasi. (Susah sih perut kuli mah, teu kaop ningali sangu). Sebagian dari kami memang lahap menyantap hidangan siang itu. Tapi buat yang sudah makan siang dikereta, mereka umumnya pesen teh manis doang. Hehe. Beres makan barulah kita memulai perjalanan yang sebenarnya. Masih di sekitar stasiun hall, gedung-gedung tuapun mulai Nampak terlihat. Ada yang masih original alias asli gak ke urus. Ada yang di rehab hingga hampir merubah bentuk aslinya. Ada yang benar-benar dirawat dan dijaga keasliannya. Dan ada juga yang hanya diperbaharui cat nya, warna-warni gitu deh pokoknya. Tapi apapun itu, kawasan yang satu ini memang tetap terkesan klasik. Kami betul-betul bernostalgia dengan benda-benda besar  untuk menuju masa yang lama terlewati.

Kini kami sampai di sebuah pertigaan. Kamipun berjalan kearah kanan untuk melewati pasar baru. Ramai sekali. Penataan jalan yang hampir mirip dengan kawasan malioboro di Jogjakarta. Berbagai macam dagangan ada disini, seperti fasion, aksesoris,hiasan, pernak,pernik, makanan dan lain-lain. Inilah kawasan paling ramai yang kami lewati dalam perjalanan menuju jalan Banceuy. Meskipun kami kami berusaha menanamkan jiwa backpacker dalam diri kami, tapi tetap saja salah seorang diantara kami ada yang berkata “Bang, bisa stop dulu gak disini? Gw mau beli sesuatu nih, soalnya barang2nya unik banget tu bang,,kan ntar kita gak lewat sini lagi bang..”. sayapun menjawab: “itulah yang disebut godaan, lo jangan tergoda dong! Katanya backpacker, seorang backpacker tu harus kuat menahan godaan dan cobaan selama diperjalanan..”. lalu dengan singkat dia menyahut: “gak gitu juga kale bang..”. (ngoooook)

Kami tidak melewati kawasan pasar baru ini sampai keujung. Karena dipertengahan jalannya kami mengambil kearah kanan, memasuki jalan pecinan lama. Sebentar lagi kamiakan tiba di destinasi pertama yaitu “Kopi Aroma” yang tepat berada dipengujung jalan ini. Tapi pecinan lama ini ternyata punya gedung-gedung peninggalan jalan colonial juga lho, Cuma (sayangnya) tidak dimaksimalkan sebagai cagar budaya. Terlalu banyak kendaraan yang parkir dijalan ini,sehingga menutupi pemandangan gedung tuanya. 10 menit kemudian: Taraaaaa… kami sampai di sisi gedung “Kopi Aroma”, sebuah centra kopi yang sudah ada sejak 1930. Rasa dan aromanya memang terkenal sampai ke mancanegara. Kopi aroma ini memiliki dua jenis kopi seperti kopi pada umumnya. Yaitu arabika dan robusta. Saat ini kopi aroma dikelola oleh generasi ke tiga dari pendiri pertamanya. Makanya disalah satu sudut bagian dalam gedung ini terdapat tiga buah sepeda ontel. Itu maksudnya sudah mencapai generasi ketiganya. Lalu apa jadinya kalau sudah mencapai generasi ke 100? Bisa-bisa disangka Bengkel sepeda tu. Well, itulah pejelasan yang saya dapat dari hasil pencarian di google. Tapi sayang sodara-sodara,, ternyata begitu kami tepat sampai didepan pintu kopi aroma, eeeh tokonya TUTUP.  kecewa sih kecewa. Tapi apa boleh buat tai kambing bulat-bulat. sekedar mengobati kecewa kitapun berfoto ria di depan gedung kopi aroma ini.

Kopi aroma ini sudah termasuk kawasan Banceuy. Banceuy itu sendiri artinya adalah sebuah tempat pergantian kuda-kuda yang dipakai untuk delman. Karena sebelum masuknya mobil atau motor ke negeri ini, kendaraan utamanya ya delman (sekalipun untuk jarak yang jauh). Cuma kalau dipaksain untuk jarak jauh kudanya pasti gempor(kuda ngesot). Makanya selalu ada terminal pergantian kuda. Diterminal ini kuda yang lelah diganti dengan kuda yang prima sehingga perjalanan dengan delman pun bisa dilanjutkan lagi. Nah, terminal pergantian inilah yang disebut-sebut sebagai arti dari banceuy.

Alright, Bangunan tua dimana-mana menemani perjalan kami. Berjalan Meninggalkan kopi aroma sekitar 10 menit, sampailah kami pada perempatan yang menjadi titik petinguntuk kawasan banceuy. Dibalik ruko-ruko yang terdapat di sisi perempatan ini adalah lokasi kedua dari kunjungan kami di banceuy, yaitu Penjara Banceuy. Penjara ini pernah ditempati oleh Bung Karno. Presidan pertama republic Indonesia. Dari begitu luasnya komplek penjara ini, kini yang tersisa hanya kamar yang pernah ditinggali Bung Karno, dan tempat memantau para tahanan (apa sih istilahnya, gak tau lah). Untuk menuju ke lokasi kedua ini kami harus masuk ke lorong gang yang kanan kirinya ruko dan ruko. Miris!. Dilokasi kedua ini guidepun beraksi, namanya “Boeng Devi”. Kesimpulannya, dikamar inilah lahir sebuah teks legendaries yang ditulis oleh Bung Karno, yang kemudian disampaikan dengan berapi-api oleh Bung Karno di hadapan Landraad (pengadilan negeri belanda).Teks itu bernama “Indonesia Klaagt” (Indonesia Menggugat). 

Usai menyimak penjelasan dari pemandu kita, foto-foto, dan Istirahat, kami lantas berjalan kembali keluar meninggalkan lorong yang kanan kirinya Ruko dan Ruko itu. Dan ternyata sisa bangungan pemantaunya berada tidak jauh dari ruko dan ruko. Bangunan nya bagus dan berat. Cukup deh buat menenggelamkan kami semua ke masa lalu diBanceuy. Itulah sejarah. ia ada untuk dikenang, dipelajari, dilestarikan lalu dijadikan ajaran untuk masa sekarang. Sejarah seperti peta yang dibekalkan kepada kita untuk mencapai suatu destinasi. Tanpanya, kita tersesat.

Masih di Banceuy, huft, dah mulai kerasa reot nih dengkul..

Gerimis kecilpun perlahan turun… ...      ...

“…Siapa yang melupakan sejarahnya, ia laksana kera buta yang berjalan dalam kegelapan…” 
(Bung Karno)

BERSAMBUUUUNG… :)

Rabu, 10 April 2013

Sekilas Pulau Pari

Pulau pari yang merupakan yang merupakan Pulau wisata dengan suasana pasir yang putih laut yang jernih tanpa obak di singgahi oleh beberapa penduduk yang didalamnya telah dibuat suatu tempat lembaga penelitaian rumput laut yang terleak di barat Pulau pari tapi tempat lokasi yang paling menojol di pulau pari adalah sebuah lokasi pantai yang disebut dengan pasir perawan

Wisata Pulau Pari
Wisata yang telah di sajikan dipulau pari diantaranya mengitari Pulau pari dengan bersepeda atau dengan berjalan kaki menikmati Susana diseliling pulau pari yang masih alami baik hutan maupun pantai yang paling di gemari di Pulau pari yaitu kegiatan menyelam karna Pulau pari untuk terumbu karangannya masih alami serta jarang di jamah. tidak mau ketinggalan ikan yang disekitar terumbu karang yang akan membuat anda yang pastinya ingin berlama-lama menyelam, jika untuk mencari sunrise  atau sunset anda tidak harus mengejarnya kebarat pulau atau kesebelah timur Pulau tapi hanya kesatu tempat saja yang di pulau pari disebut tempatnya bernama bukit matahari.
BERSAMBUUUNG..  :-)

“Banceuy Nostalgia 2013” (seri Serayu Pagi)

minggu, 17 maret 2013 jam 6 pagi di stasiun Bogor. Kami belum kumpul semua. Sebagian ada yang masih di angkot, ada yang baru berangkat, ada juga yang tinggal jalan kaki dari pemberhentian angkot menuju  stasiun bogor. Ini memang sudah telat dari jadwal yang ada di schedule, tapi gak apa lah jam 7 kita berangkat menuju stasiun Jakarta kota. Oiya, gak semua peserta berangkat dari bogor lho, salah satu ada yang nunggu di stasiun cilebut dan sebagian lainnya ada yang nunggu di stasiun bojong gede.
jam 8: 30 sampai juga di stasiun Jakarta kota. Kereta api Serayu pagi sudah menunggu kami. Dengan waktu yang tersisa 15 menitan kami gak sempet apa kecuali memastikan tempat duduk kami sesuai no urut kursi yang tertera pada tiket. Akibatnya, ada yang nahan kencing, ada yang haus, dan lain-lain. Tapi enaknya itu gak lama kami duduk kereta langsung berangkat.
Asyiiiikkkkkkk….!! kereta perlahan jalan, masing2 dari kami ada yang sibuk nyusun tas, sibuk ngepasin pantat ke pantat, sibuk ngabisin rokok dikamar mandi, dan sibuk mengondisikan aki-aki yang kebetulan masuk di susunan kursi salah satu teman kami. kami larut dalam obrolan dan canda seolah udah males liat pemandangan kusut pinggiran rel dijakarta, setelah cape ngoceh2, kereta mulai memasuki daerah karawang. Hmm..  satu hamparan yang sejauh mata memandang adalah sawah dan sawah. Indah! Beberapa dari kami banyak yang serius memandangi sawah, ada juga yang merem-melek (ngantuk), dan ada yang langsung masuk kamar mandi (biar bisa sambil ngudud).

Hamparan sawah gak habis-habisnya menyapa para penumpang kereta. Barisan para petani yang sibuk dengan aktivitas di sawahnya, saung-saung kecil yang menggoda untuk dikunjungi, belum lagi kerbau yang sedang di istirahatkan usai membajak sawah di siang hari atau gerombolan kambing yang dilepas untuk bermain dan mencari makanannya. Hmm.. itu yang gak tergantikan dari bumi karawang.
Setelah puas menyaksikan keindahan karawang dari jendela kereta, kamipun perlahan mengalihkan pandangan. Ada yang mulai ngobrol lagi, ada yang kembali dari toilet, ada juga yang mulai merem-melek lagi. Begitu juga dengan penumpang lain, mereka tetap asyik menikmati kenyamanan layanan kereta api saat ini meskipun anak-anak mereka ada yang keluyuran dari gerbong ke gerbong.

Kereta serayu pagi memperlambat laju rodanya. Ada apa gerangan?? Owh ternyata kereta akan segera tiba di stasiun purwakarta. Di stasiun ini gak ada aktifitas yang kami kerjakan selain ngbrol. Beberapa saat kemudian terdegar suara pluit yang cukup panjang. Itu tandanya kereta siap diberangkatkan. Kami bersiap2 untuk menikmati surga selanjutnya yang terhampar sepanjang purwakarta-padalarang.

Saat kami mulai merasa berada di dataran yang lebih tinggi. Kamipun mulai bersiap2. Ada yang focus menatap keluar jendela, ada yang ke restorasi, dan ada juga yang ke kamar mandi lagi. BENAR SAJA, bukit-bukit dan gunung-gunung yang menumpuk seperti sederet manusia yang berdiri ramah menyapa kami, sawah-sawah terasing, pohon-pohon rindang semuanya terasa beda. Yang lebih mengagumkan lagi adalah saat kereta kami melewati jembatan-jembatan besi yang jauh dari sungainya. Sepintas kami merasa terbang tanpa penghalang. Dan dari jembatan ke jembatan, akhirnya kami melewati jembatan dengan sungainya yang Nampak kecil sekali, itu membuat kami merasa cukup ngeri, tapi sesaat kemudian ngeri itu hilang karena disalah satu bukit yang berada di sisi kanan kami Nampak jelas air terjun yang airnya cukup putih dan Nampak tenang alirannya. Satu kata: “It’s so very really surely verily too fuck amazing”.
 11:40 WIB. Kereta masih melaju dengan kecepatan rata-ratanya. Kita siap-siap memperhatikan barang-barang. Karena sebentar lagi kita mau turun nih,, :-)
*******

“Nusantara adalah Bongkahan Surga yang jatuh ke Bumi” (Multatuli)
*******

B E R S A M B U N G.... J